Foto: H.Mudjiono (paling kiri) saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pulau Serangan |
Denpasar (24/01) – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampung Bugis, Pulau Serangan Bali memiliki pesona tersendiri. Di desa yang merupakan salah satu saksi sejarah keberadaan Agama Islam di Bali ini masyarakat merayakannya dengan meriah, diantaranya adalah dengan pergelaran berbagai kesenian warisan para leluhur.
Pulau Serangan, pulau kecil yang terpisah dengan daratan Pulau Bali berjarak sekitar 10 kilometer arah selatan Kota Denpasar ini sejak 1995 sudah mulai terhubung jembatan yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Serangan. Kampung seluas 2,5 hektar ini dihuni oleh sekitar 280 keluarga muslim. Warga kampung yang dikelilingi oleh perkampungan Hindu dengan sejumlah Pura ini memiliki mata pencaharian sebagai nelayan karena letaknya yang dekat dengan pesisir pantai.
Kampung ini sudah ada di Bali sejak sekitar abad ke-17 masehi. Menurut cerita, keberadaan kampung ini berawal dari kedatangan seorang bangsawan bernama Syeikh Haji Mu dan 40 anak buah kapalnya (ABK) melarikan diri dari Makasar, Ujung Pandang karena tidak sefaham dengan Belanda sebagai efek dari perjanjian Bongaya.
Kini, Pulau serangan sangat mashur, selain karena keindahan pantainya yang mulai disukai wisatawan penikmat wisata bahari, disana juga terdapat budidaya rumput laut, dan tempat penangkaran penyu. Tidak jauh dari pedesaan ini, terdapat Balai Konservasi Penyu. Di sini, terdapat lokasi penetasan telur penyu, kolam-kolam tukik atau anakan penyu dan kolam bagi penyu dewasa. (Afn).